Cari Blog Ini

Jumat, 05 Oktober 2018

[Self-Thought] Tuhanku Tidak Pemarah

Biasanya ketika terjadi bencana alam yang dahsyat di suatu daerah, maka orang-orang akan berlomba-lomba ‘playing God’. Berpura-pura menjadi Tuhan, dan menerka-nerka dosa apakah yang telah diperbuat oleh warga daerah tersebut hingga pantas diberi hukuman berupa bencana. Selain mengucapkan bela sungkawa, pasti mereka menyelipkan ceramah tentang akhlak. Seolah-olah berkata ‘rasain kan lu kena azab ! Makanya jangan banyak dosa’

Jujur, membaca hal-hal itu mondar-mandir di lini masa sosial mediaku membuat gerah. Bikin gemes. Gemes ingin getok jari-jari mereka yang sembarangan mengetik itu.

Sangat mengejutkan bagaimana mayoritas manusia menafsirkan sifat Tuhan yang mereka percaya. Jika itu berhubungan dengan hal-hal buruk yang terjadi pada orang lain, mereka sangat cepat menyebutkan Tuhan sedang menegur mereka, Tuhan sedang menghukum mereka, Tuhan marah tuh sama mereka. WOW. Bagaimana bisa mereka membayangkan Tuhan punya sifat marah? Sedangkan selama ini yang ku ketahui, Tuhan itu adalah perwujudan kasih. Tuhan adalah Dia yang sering kita sebut sebagai Maha Pengasih dan Penyanyang. Cinta kita yang utama. Jadi, sangat mengherankan ketika ada sebagian orang yang merasa hebat dan suci lalu dengan pongah merasa bisa mewakili Tuhan dalam hal menilai pahala dan dosa orang lain. Jika memang ingin bermain peran menjadi Tuhan, kenapa tidak merepresentasikan sifat Tuhan yang paling utama? Menjadi berkat dan menyebarkan kasih. Menilai orang dengan sudut pandang Tuhan yang tanpa sifat marah dan benci. Bisa kah kita menuruti sifat Tuhan yang itu?

Sejauh yang aku alami dan rasakan, aku tidak pernah mengalami yang namanya dimarahi Tuhan atau dihukum Tuhan. Sungguh. Bahkan ketika banyak salah dan dosa yang secara sadar ku lakukan, aku tetap merasa disayangi olehNya. Hal-hal buruk yang terjadi dalam hidup kita, sebenarnya sebagian besar diakibatkan oleh perbuatan kita sendiri. Sadar atau tidak. Itu hanya karma atau hasil perbuatan kita sendiri. Percaya lah, Tuhan hanya ingin yang terbaik untuk kita. Setiap hari, setiap saat Dia berusaha meraih kita, untuk dekat dengan kita, memberikan kita berkat-berkatNya yang tiada tara. Tapi manusia yang memiliki kehendak sendiri sering tidak menyadari hal ini dan malah berpaling melakukan hal yang lain, yang menjauhkan mereka dari berkat Tuhan. Dan ketika mereka diberi suatu kejadian yang tidak menyenangkan, mereka merasa Tuhan marah. Tuhan benci dan menghukum mereka. Sayangku, Tuhan tidak sepicik itu. Aku pun bukan manusia suci tanpa dosa. Aku bisa menulis ini justru karena aku pernah mengalaminya. Hebatnya, betapa pun sering aku mengecewakan Tuhan, Dia tidak pernah berhenti menyayangiku. Kasih dan sayangNya terasa sangat nyata di hidupku. Semakin aku mengenal Dia, semakin terpesona aku akan cintaNya yang tak pernah putus.  

Jangan percaya jika ada yang bilang kalau Tuhan nanti marah kalau kamu tak ikut perintahNya. Perintah Tuhan ada bukan untuk menakuti kita agar patuh, tapi agar kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik. Lakukan lah karena memang itu hal yang baik untukmu, bukan karena kau berpikir akan kena hukum dariNya. Sungguh aneh orang-orang yang berpikir bahwa Tuhan itu memiliki sifat pemarah. Tuhan itu pencipta manusia, jadi jangan berpikir bahwa Beliau memiliki sifat-sifat duniawi seperti kita. Setidaknya, saat kalian melihat ada manusia-manusia yang sedang berusaha menjadi Tuhan dengan menghakimi orang lain, tidak usah lah kalian ikut-ikutan. Ingat lah selalu, Tuhan itu adalah KASIH. Berikan lah kasih kepada sesamamu, dan Tuhan akan hadir disana.

Catatan ini ku tulis sebagai pengingat. Pengingat untuk diriku sendiri bahwa dalam kondisi apa pun, kita harus tetap menempatkan cinta dan kasih paling utama. Dalam kondisi yang baik maupun buruk, kita tidak berhak menghakimi orang lain. Biar kan Tuhan yang menilai. Tugas kita hanya lah menjalani hidup dengan baik untuk berusaha dan berlomba-lomba menjadi berkat bagi sekitar kita.

Catatan ini ku tulis juga karena terjadinya gempa dahsyat di Lombok Utara, di Minggu malam tanggal 5 Agustus 2018. Gempa dengan kekuatan 7.0 SR itu menghancurkan ribuan rumah dan menewaskan puluhan warga. Guncangannya terasa sampai Bali bahkan Malang. Ini adalah gempa terdahsyat dan terkeras yang pernah ku alami. Dengan durasi yang cukup lama, aku bisa menyaksikan rumahku bergoyang-goyang. Sangat menyeramkan. Puji Tuhan bagi yang masih selamat dan turut berduka bagi yang kehilangan. Semoga dari bencana dan kejadian ini kita bisa bangkit dan menjadi lebih baik lagi. Ayo kita singkir kan sejenak perbedaan dan bersatu padu untuk memulihkan diri dari kesedihan ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar