Halo
semuanya. Kali ini aku kembali buat berbagi pengalaman lagi nih. Jadi ceritanya
aku ada keperluan untuk melegalisir ijazah di Kedutaan Besar Republik Korea di
Jakarta. Mudah-mudahan tulisanku bias membantu untuk kalian-kalian yang
kebetulan punya kepetingan yang sama.
Kebutuhan
untuk melegalisir ijazah ini biasanya dilakukan oleh para calon siswa yang
ingin melanjutkan studinya ke Korea Selatan. Karena ada beberapa institusi yang
mensyaratkan hal ini. Jadi tidak cukup legalisir dari sekolah kita di Indonesia
saja. Jujur, aku juga awalnya kaget dan bingung ketika diberitahukan hal ini.
Karena sebelumnya tidak pernah mendengar bahwa bias melegalisir ijazah di
Kedubes hehe. Biasanya dokumen yang dilegalisir selain ijazah adalah transkip
nilai, kartu keluarga dan akte kelahiran. Tapi Karena aku hanya legalisir
ijazah dan transkip jadi aku bakal jelasin kedua dokumen itu aja yah.
Sebelum
kalian membawa dokumen-dokumen tersebut ke kantor Kedutaan, sebelumnya dokumen
tersebut harus diberi cap/stempel dari notaris. Cap dari notaris ini akan
menyatakan bahwa versi fotokopi yang kamu punya adalah versi yang sama dengan
yang asli. Biasanya ini bisa dimintakan di notaris maupun di sekolah atau
universitas kamu sebelumnya. Setelah mendapatkan cap tersebut baru deh dokumennya
bisa kamu bawa ke Kedutaan.
Ketika
membawa dokumennya, kamu bisa menjadikan dokumen berbeda menjadi satu rangkap.
Jadi misalnya kamu mau legalisir ijazah dan transkip, nah itu bisa disatukan
dengan paper clip. Sehingga hitungannya adalah satu rangkap. Sedangkan kalua
kamu mau minta lebih dari satu, yah berarti siapkan lebih lagi. Pertimbangan
yang harus kamu pikirkan adalah biayanya hehe. Yup. Ada biaya khusus untuk
kepengurusan dokumen seperti ini. Menurutku hal ini wajar-wajar saja sih. Untuk
satu rangkap dokumen kamu diharuskan membayar sebesar Rp 54.000. Harga ini
adalah harga yang aku dapatkan saat terakhir kesana yaitu pada tanggal
diterbitkan postingan ini. Tapi menurutku belum akan berubah dalam waktu dekat.
Walaupun berubah kemungkinan tidak akan terlalu mencolok sih.
Perjalananku
panjang sekali untuk mendapatkan apostille ini (Apostille adalah istilah yang
dipakai untuk legalisir dari Kedubes Korea). Jelas banget, Karena jarak yang
(sangat) jauh dari tempat tinggalku dan Kedutaan. Apalagi ditambah statusku
yang adalah seorang karyawan sekarang sehingga tidak bias meninggalkan
pekerjaan begitu lama. Akhirnya setelah galau dan pertimbangan sana sini, dan
juga dukungan dari orang-orang sekitarku maka aku putuskan untuk membeli tiket
ke Jakarta ! setelah lulus di tahun 2016 yang lalu, ini adalah kali pertama aku
kembali lagi ke ibukota. Nervous yet
totally excited.
Setelah
mengurus segala akomodasiku di Jakarta nanti, maka aku pun berangkat dengan
penuh keyakinan (eaaaa). Saat itu aku pilih penerbangan paling pagi sehingga
setelah mendarat aku bias langsung menuju ke Kedutaan. Ternyata, manusia boleh
lah berencana tapi Tuhan juga yang menetukan. Perjalanan di udara ku sangat
lancar, namun sayangnya tidak dengan perjalanan daratku. Aku harus dua kali
ganti transportasi karena pengemudi ojek online yang kutumpangi ada insiden
dengan debt collector. Sungguh pengalaman yang luar biasa haha. Selama empat
tahun kuliah di Jakarta, belum pernah aku berurusan dengan preman atau
orang-orang seperti itu. Sekarang belum ada satu hari di Jakarta sudah aja
ketemu hal-hal unik. Alhasil perjalananku menjadi lebih lambat dari rancanganku
semula.
Sampainya
di kedutaan, ternyata banyak orang sudah mengantri. Untuk kepengurusan
dokumen-dokumen, aku diarahkan oleh sekuriti untuk ke bagian gedung berbeda
dari gedung utama. Pengamanan disini sangat lah amat ketat sekali. Untuk bias
masuk ke dalam gedung tersebut kita harus diperiksa KTP, tas dan barang bawaan
dan juga melewati scanner. Sebenarnya ini bukan lah hal yang ribet tapi mungkin
Karena aku sendiri dan melihat yang lain ada temannya membuatku jadi sedikiti
mellow :p dari ruangan pemeriksaan itu, kita akan keluar dan langsung terarah
ke gedung yang mengurusi dokumen. Di bagian depannya sudah ada satpam juga yang
sangat ramah dan informatif dengan pengunjung. Sebelas dua belas lah sama
satpam di bank lol.
Di
dalam ruangan sudah banyak orang yang duduk menunggu giliran. Untuk
kepengurusan legalisir ijazah kita akan mendapatkan nomor antrian yang berbeda.
Loketnya pun berbeda dengan loket pengurusan visa. Kalau untuk visa, disediakan
empat loket yang berbeda sedangkan untuk keperluan lain ada dua loket yang
letaknya bersebelahan. Tulisan di depan loket tersebut adalah huruf hangul
sehingga agak sulit bagiku untuk mengerti. Saat itu aku mendapat nomor antrian
023 dari Pak Polisi yang berjaga. Di loket bagian legalisir saat itu baru
sampai nomor antrian ke-20. Padahal saat itu sudah jam 11 siang lho. Sedangkan
di loket pembuatan visa sudah mencapai nomor 120an lho. Bayang kan lah betapa
ramainya antrian orang-orang Indonesia yang ingin ke Korea itu hehe.
Sambil
menunggu giliran nomor urutku, aku duduk di kursi yang disediakan dan memperhatikan
sekeliling. Ruangan itu tidak terlalu besar tapi tidak sumpek juga. Pas lah menurutku
untuk ukuran ruang tunggu. Di pojok tersembunyi dipasang televisi layar datar
yang menampilkan acara yang sudah pasti dalam bahasa korea. Ada juga ruangan
lain yang terhubung dan biasanya dimasukki oleh para travel agent untuk
mewakili membuat visa. Setelah ku perhatikan lagi banyak sekali agen-agen
travel yang menunggu disitu. Mereka membawa bukan hanya satu atau dua paspor
tapi bisa puluhan lho. Dan sepertinya sudah saling mengenal satu sama lain
sehingga mereka terlihat akrab dan terbiasa berada di kantor itu. Awalnya aku
juga berniat untuk menggunakan biro jasa untuk mengurus dokumen apostille-ku
ini tapi ternyata biayanya mahal sekali ( bisa sampai 600ribu untuk satu
rangkap dokumen saja). Walaupun aku tahu mereka itu rata-rata trusted dan berpengalaman
tapi rasanya sayang ajah duitku terbuang sebanyak itu hehe.
Yang
menariknya di ruangan ini adalah adanya rak buku mini di tengah-tengah antara
bagian loket visa dan loket legalisasi dokumen, jadi semacam menjadi pembatas
gitu. Raknya tidak terlalu besar kok, kira-kira tingginya sepinggang orang
dewasa deh. Tentunya buku-buku yang ada disana adalah buku-buku tentang Korea.
Ada beberapa yang berbahasa inggris tapi lebih banyak yang bertulis hangul.
Sayang sih, padahal kalau dipajang lebih banyak yang bahasa inggris pasti
orang-orang akan lebih banyak untuk tertarik membacanya.
Setelah
nomor ku dipanggil, aku maju dan menyerahkan dokumen-dokumen yang akan aku
legalisir. Awalnya aku kira petugas disini adalah orang-orang Indonesia, eh
ternyata mereka ini orang-orang Korea yang fasih sekali berbahasa Indonesia.
Logatnya saat berbicara jadi lucu sekali. Nah soal dokumen, kita wajib membawa
dokumen aslinya lho. Jangan sampai lupa yah. Siapkan juga KTP kamu, karena
diperlukan untuk verifikasi. Setelah itu dokumen kamu akan dibuat dalam bentuk
rangkap. Jadi misalnya nih kamu mau legalisir ijazah dan transkip, berarti satu
fotokopi ijazah dan transkip dihitung satu rangkap. Kalau kamu mau tambah
dokumen lain, seperti akte lahir atau kartu keluarga bisa dimasukkan dalam satu
rangkap. Jadi nanti akan diterbitkan satu apostille untuk semua dokumen kamu
tersebut. Setelah dicek dan diverifikasi lalu dokumen asli akan dikembalikan
dan dokumen fotokopian tadi akan diambil. Kamu akan diberikan nota semacam
kuitansi sebagai bukti pembayaran sekaligus bukti saat nanti kalian mengambil
dokumennya saat sudah selesai. Ternyata biaya-nya lebih sedikit dari
perkiraanku yaitu sebesar Rp 54.400. Uniknya yah harganya hehe. Ndak apa lah ya
cuma beda 400 rupiah . Setelah membayar kamu akan diminta untuk menunggu selama
30 menit.
Dan
benar saja, tepat tiga puluh menit kemudian namaku dipanggil oleh petugas.
Setelah menunjukkan notaku, beliau langsung memberikan dokumen yang telah
diberi apostile. Senang rasanya melihat ada huruf-huruf hangul itu. Hahaha.
Maafkan lah aku yang lebay tapi kalian pasti paham deh kalau ada di posisiku.
Akhirnya
aku pun keluar kantor tersebut. Saat keluar tidak seribet saat masuk kok.
Pintunya juga dibedakan sehingga aku juga tidak sempat mengucapkan terima kasih
kepada Pak Satpam tadi. Saat berjalan keluar gedung itu dalam hati aku sempat
berbisik, ‘ mudah-mudahan rejeki-ku akan mengantarkan aku kembali ke gedung ini
yah ‘.
Denpasar,
7 Maret 2018.