Cari Blog Ini

Jumat, 12 Mei 2017

[Review] NOVEL Someday karya Winna Efendi

MY FIRST POST. (yeah)

It's been a long time since the last time I write something serious like this. Suddenly it just popped out my mind after I read this novel. This novel triggers me to share it to others. So here I am. :)



Ini adalah novel terbaru dari penulis favoritku, Mbak Winna Efendi, judulnya SOMEDAY. Before we get in to the novel, let me tell you that I am one of WE's biggest fans. I started with serial Glam Girls, and I always buy her newest writing ever since. Bisa dibilang jad candu dan kalau kunjungan ke bookstore lalu liat namanya di salah satu novel pasti tanpa ragu aku beli. LOL. I'm just addicted to it. 
Dan ini adalah salah satu karya terbaiknya (menurutku lhoo). I will tell you why.


Awalnya aku kira ini another romance story between boy and girls, how they meet in an coincidence, how they slowly but sweetly being in love with each other dan masalah-masalah percintaan lainnya, yang selalu bisa ditulis Mbak Winna dengan superb. But surprise! It's not. Well ini tetep tentang percintaan tapi aku kaget banget bahwa di dalamnya ada pesan yang sangat dalam tentang abusive relationship. Masalah ini menurutku cukup jarang diangkat dalam novel-novel roman biasanya. Dan aku suka sekali bagaimana Mbak Winna menyajikannya untuk kita dalam alur dan bahasa yang ringan as always. 

Kali ini Mbak Winna benar-benar mengaplikasikan kutipan terkenal "Don't judge a book by its cover". Karena memang siapa sih yang menyangkan bahwa dalam sebuah novel dengan sampul manis dan tulisan warna merah jambu itu akan berisi konten yang 'berat'. And you did it. Mbak! You make me falling again with your writing skills. Aku selesai membaca novel ini dalam beberapa jam saja. Karena penasaran dengan akhirnya. Mbak Winna seperti biasa membuat pemisah antar bab dengan menyantumkan kutipan-kutipan menarik (I like it by the way) sehingga terasa gregetan dan gemas saat selesai membaca satu bab dan ingin lanjut ke bab lainnya. Di setiap awal bab juga diberi judul, much like a main idea of it. Tapi judulnya kadang tidak tertebak. Nah jadi bikin tambah penasaran kan. 

Aku sendiri nggak pernah punya pengalama langsung tentang abusive relationship tapi pernah melihatnya terjadi kepada beberapa orang. Dan bahkan dalam keluargaku (yup. it's true TT_TT). Abusive relationship itu nggak mesti adanya kontak fisik kok, bahkan kalau kamu dihina-hina atau dimaki-maki sama pasanganmu, itu juga sudah termasuk abusive secara verbal. Kata-kata bahkan memiliki dampak yang lebih dalam dari sekedar luka fisik, bukan? Jadi aku nggak pernah habis pikir tentang wanita-wanita (well, selama ini aku liat mostly korbannya wanita yah. but i know ada juga kasus dimana para pria yang jadi korban) yang masih mau bertahan dalam hubungan seperti itu. Apalagi masih dalam status pacaran. Baru pacar aja sudah berani kasar, can you imagine if they get married later. Tapi lewat novel ini aku tersadar (disadarkan tepatnya) bahwa terkadang mereka nggak bisa pergi karena mereka butuh hal lain yang mereka nggak dapet dari sekitarnya. Mungkin pacarnya itu adalah satu-satunya yang mau anter dia kemana-mana atau yang selalu perhatiin dia kalau dia sakit, yang mana itu nggak dia dapat dari keluarga atau teman-temannya. Sehingga walau pun disakiti berkali-kali, dia tetap bertahan.  Tapi ada juga yang berpikir bahwa dia bisa merubah prilaku abusive pacarnya dan menuntun kembali mereka ke jalan yang benar. Orang-orang seperti percaya bahwa mereka lah yang dapat menenangkan pasangannya dan jika mereka pergi meninggalkan pasangannya justru akan berakibat fatal bagi pasangannya itu. Well, it's wrong gals. Tidak semua BEAST bisa jadi prince charming hanya karena bertemu dengan BEAUTY. Jika kita merasa apa yang dilakukan pasangan kita menyakiti kita baik secara fisik maupun verbal, don't keep silent. Jangan diam karena malu atau gengsi. It won't help you if you are in danger. Ceritakan pada sekitarmu, cari lah jalan keluarnya. Dan apabila dia tak kunjung berubah, LEAVE HIM ALONE! No one deserves to be torture because falling in love. Dalam novel ini benar-benar diceritakan bagaimana korban merasa begitu terpesona hingga ketika hal-hal menyakitkan tersebut terjadi dia bahkan memilih untuk meninggalkan dunia impiannya dan dirinya sendiri untuk menemani pasangannya. Sebagai pembaca, aku jadi bisa mengerti sudut pandang pasangan yang sering mejadi korban dan merasa sedikit bersalah karena sering menyalahkan 'kediaman' mereka. 

Selain tentang abusive relationship dan bagaimana kita harus bersikap jka kita berada di dalamnya, novel ini juga menceritakan tentang friendship between boy and girl. A really deep one. Biasanya kita akan lihat bahwa persahabatan atau pertemanan antar laki-laki dan perempuan, apalagi sedari kecil, itu biasanya akan berakhir dengan salah satu menyimpan perasaan terhadap yang lain. Entah pada akhirnya mereka bersatu atau tidak, tapi banyak novel dan cerita yang ingin menyampaikan bahwa pada hakikatnya tidak ada laki-laki dan perempuan yang bisa berteman dekat without lovey-dovey feeling between them. Disini aku suka bahwa Mbak Winna bisa membuat hal itu mungkin saja terjadi. 

Pada akhirnya, novel ini seperti novel-novel Mbak Winna sebelumnya adalah tentang mimpi dan harapan. Tentang bagaimana kita memperjuangkannya, bagaimana kita menghadapi masalah dan hambatan dan terkadang kita harus sejenak melepas mimpi-mimpi kita untuk kembali menyadari bahwa dengan hanya dengan memiliki impian lah kita bisa merasa hidup yang paling hidup. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar