Cari Blog Ini

Kamis, 01 Februari 2018

[PENGALAMAN] Membuat Paspor Baru di Kantor Imgirasi Kelas I Denpasar

Hi semua..
Waw it’s been a very looong time since my last update. Maafkan lah penulis moody ini :p
Now I’m back again ! *tabur confetti*

Bulan Februari ini diawali dengan diriku akhirnya memutuskan buat pasport. Sebenarnya ini adalah targetku tahun 2016 setelah wisuda tapi apa lah daya, manusia boleh berencana namun duit juga yang menentukan. LOL.
Setelah mendapat pencerahan lagi, maka ku putuskan untuk segera daftar online lewat aplikasi. Lalu ajukan cuti dan cus ke kantor imigrasi. Kali ini aku mau bagikan pengalamanku step by step membuat pasport lewat aplikasi antrian online.


Nah jadi sebelumnya pihak imigrasi pernah mengeluarkan aplikasi online untuk mendaftar pasport; kita bisa langsung upload dokumen-dokumen terkait dan ke kantor imigrasi hanya untuk wawancara dan foto saja. Sayangnya, sejak pertengahan 2017 lalu sistem online ini ada gangguan dan akhirnya dirubah menjadi hanya daftar untuk antrian online.



Di aplikasi ini pertama-tama kalian harus buat akun dulu, mendaftar seperti biasa. Masukkan username kalian, password, alamat email, nomor KTP, nomor handphone dan alamat tempat tinggal. Setelah mendaftar kalian akan dapat email konfirmasi dari admin untuk verifikasi akun. Tinggal klik link yang ada trus udah deh, akun kalian sudah bisa dipakai untuk daftar antrian online.
Masuk saja sperti prosedur biasa ke aplikasinya. Setelah masuk akan muncul halaman seperti di bawah ini :



Karena alamatku di daerah Bali jadi pilihan kantor imigrasi yang teratas adalah yang terdekat. Kalau di-scroll ke bawah akan ada semua pilihan kantor imigrasi seluruh Indonesia. Jadi tetep kamu bisa daftar dimana saja yang terjangkau. 

Setelah dipilih kantornya maka akan langsung masuk ke halaman memilih jadwal. Akan terlihat pilihan tanggal, waktu (pagi/siang) dan setelah kamu klik, sistem akan mengecek ketersediaan kuota untuk tanggal dan waktu tersebut. Biasanya akan muncul jumlah antrian tersisa. Aku kurang tahu sih berapa batas maksimalnya tapi selama kamu masih dapat nomor berarti masih ada kuota untuk hari itu. Kita juga nggak bisa pilih hari yang sudah lewat, atau pilih hari lebih dari satu minggu. Tanggal-tanggal tersebut tidak akan bisa dipilih secara otomatis. Nah jadi jelas banget kan kelebihan antrian online ini ?! Dengan begini kita bisa memastikan kapan kita akan daftar dan juga sudah pasti akan dilayani. Bila dibandingkan kita pakai cara walk-in yang mana kita belum tentu dapat nomor antrian sama sekali. 

Setelah memilih tanggal dan diberi tahu kuota tersisa kita diwajibkan memilih jumlah pelamar yang akan membuat pasport. Lalu akan ada tombol untuk lanjut. Apabila kamu belum isi semua detail yang diminta maka kamu tidak bisa meng-klik tombol ‘lanjut’ tersebut.




Pada hari-H usahakan kamu datang tepat waktu sesuai jadwal atau bahkan sebelumnya. Karena bagaimana pun kamu tetap harus mengisi formulir sebelumnya dan juga menunggu giliran dengan pendaftar lain. Di hari aku mendaftar ternyata hujan deras, walaupun harus pelan-pelan bawa motor dan diselingi tersesat (LOL) akhirnya aku bisa sampai tepat waktu juga. Karena sebelumnya semua dokumen sudah dimasukkan dalam satu map jadi aku lebih mudah membawanya. Klik disini untuk persyaratan dokumennya. 

Sampai di kantor langsung saja cari petugas keamanan di depan lobi, disana kamu bisa minta formulir pengajuan dan surat pernyataan yang harus kamu tandatangani di atas materai. Kamu juga akan diberi selebaran tentang persyaratan pembuatan pasport. Jangan kamu abaikan lho itu! Penting untuk kamu baca dan pastikan lagi dokumenmu lengkap sebelum diperiksa di bagian verifikasi berkas. Karena dari yang aku lihat petugasnya  profesional sekali, ada kurang atau salah sedikit pasti langsung dikembalikan berkasnya. Walau aku jadi grogi karena takut berkasku kurang tapi aku suka banget pelayanan yang kayak gini. Tegas ! ( salut untuk petugas imigrasi di kanwil Denpasar )




Nah sebelum diperiksa berkas, kita tetap wajib menunjukkan hasil daftar online berupa barcode dari aplikasi tadi. Nanti petugas di bagian verifikasi akan memberi nomor antrian dengan kode B. Punyaku waktu itu nomor 121B. Jadi ketika nomor kita dipanggil, mereka akan berkata :  “Antrian online nomor satu dua satu”. Jangan sampai kamu tidak dengar ketika dipanggil tiga kali ya. Karena nomor kamu akan dilewatkan. Dan itu terjadi padaku. Sebenarnya ini salahku sih, gara-gara nggak bawa pulpen aku akhirnya harus beli dulu di tempat fotocopy yang untungnya ada di samping gedung itu. Belum lagi saat mengisi formulir saking groginya aku sampai harus mengulan. Poor me! Untung saat aku bilang ke petugas verifikasinya, beliau masih mau memeriksa berkasku walau dengan wajah sedikit kesal (ups sori, mbak). 

Nah kenapa aku agak grogi soal berkasku, karena ada hal yang berbeda antara akte lahirku dan kartu keluargaku. Hal kecil sih tapi melihat betapa telitinya petugas itu mengurusi berkas yang lain aku jadi cukup khawatir juga. Nama ku berdasarkan akte adalah Putu Dewi Purnama Sari sedangkan di KK namaku ditulis Putu Dewi Purnamasari. Nah beda banget kan ?! Masalah ini sudah lama ku keluhkan karena membuat beberapa dokumenku jadi beda. Tapi lama sekali proses perbaikannya. Ah entah lah. Jadi aku takut kalau niatku memiliki pasport hari itu akan kandas karena perbedaan spasi saja. 
Untung lah Tuhan masih memberkatiku. Berkasku oke semua dan sekarang aku tinggal menunggu panggilan untuk foto saja. Yipee !

Sambil menunggu namaku dipanggilm aku lihat-lihat keadaan kantor imigrasi ini. Untuk ukuran kantor imigrasi yang notabene dikujungi puluhan orang setiap hari, gedung ini terasa terlalu sempit. Setelah dari bagian depan, kamu akan langsung berhadapan dengan bagian informasi yang mana itu juga lah bagian verifikasi berkas nanti. Ada dua orang petugas ( ini kurang banget sih menurutku ) yang masing-masing mengurusi pendaftar online dan pendaftar walk-in. Dari sana, ruangan terbagi dua area. Jika kamu belok ke arah kanan, itu adalah area khusus pemohon paspor foreigner atau orang-orang asing. Sedangkan di bagian kiri adalah untuk WNI. Kedua area itu dilengkapi tempat duduk untuk menunggu antrian. Namun sayang tempat duduknya menurutku kurang banyak. Di bagian WNI di area pojok belakang disediakan area bermain anak, walaupun kecil tapi setidaknya pihak kantor imigrasi memiliki niat untuk memperhatikan para orangtua yang membawa serta anak mereka. Di bagian depan ruang tunggu ada ruangan untuk wawancara dan foto. Disediakan layar kecil untuk melihat nomor antrian yang sedang dipanggil. Ada juga layar datar ukuran jumbo (sumpah! Ini gede banget layarnya) di samping yang menampilkan iklan-iklan layanan masyarakat dari pihak imigrasi. Iklan ini tidak bersuara supaya tidak mengganggu saat pemanggilan nomor. Oh ya, untuk antrian online petugas tidak menyebutkan nomor antrian kita lagi tapi langsung memanggil nama. Dan biasanya lebih cepat prosesnya dibanding yang walk-in. Setelah aku dipanggil masuk aku baru tahu alasannya karena memang disediakan petugas khusus untuk pendaftar online. Tuh, satu lagi alasan untuk mendaftar antrian lewat online ;)

Nah di saat ini lah masalahku terjadi. Aku kebelet pipis. Waktu itu kan hujan deras, dan mulai lah tubuhku berkonspirasi membuatku ingin ke toilet terus menerus. Jadi dilemma karena aku takut saat ku tinggal ke toilet petugas akan memanggil namaku lalu karena aku tidak ada di tempat, mereka akan melewati giliranku. Oh No ! Maka kutahan lah hasrat pipisku itu. Dan aku pun sampai di ujung batas dan tak tahan lagi. Aku memberanikan diri untuk minta tolong sama mas-mas di depanku agar memberitahu petugas kalau aku sedang ke toilet. Puji Tuhan, mas-nya baik. Tanpa pikir panjang lagi, aku langsung ambil langkah seribu.

Toilet di gedung ini Cuma ada di satu area yaitu di area foreigner tadi. Jalan terus sampai ujung dan kalian akan menemukan tulisan toilet tertempel di dinding. Sayang sekali hanya ada dua bilik; satu untuk pria dan satu lagi untuk wanita. Di tengah-tengahnya ada wastafel kecil untuk cuci tangan. Toiletnya lumayan bersih hanya saja tidak tersedia tisu. Hm. Padahal jika menyediakan toilet dengan model kloset bukan kah tisu menjadi hal yang wajib disediakan? Atau hanya pendapatku saja. Entah lah.

Setelah kembali ke ruang antrian ternyata namaku juga belum dipanggil. Selang sepuluh menit kemudian baru lah namaku disebutkan petugas. Aku diberi map kuning yang berisi kop dan di dalamnya sudah ada berkas-berkas yang ku bawa tadi. Di dalam ruangan itu ada petugas-petugas dengan layar komputernya dan kamera masing-masing. ada empat petugas untuk pemohon yang antri walk-in dan satu petugas untuk pemohon dari antrian online. Walau pun hanya satu tapi ini sudah cukup efektif kok. Ketika di dalam kita ternyata masih harus menunggu lagi dan disediakan kursi juga di pinggir ruangan. Disini kita tidak diatur lagi antriannya, melainkan kesadaran masing-masing untuk maju sesuai urutan nomor antrian yang paling kecil. 

Kebetulan diantara yang masuk, urutan nomorku yang terkecil jadi aku yang maju duluan. setelah duduk di depan petugas kita akan ditanya beberapa pertanyaan soal identitas, termasuk nama ayah dan ibu kandung. Juga keperluan kita untuk membuat pasport. pertanyaannya masih dasar-dasar kok dan ndak se-seram yang dibilang orang-orang. Lalu kita akan diminta meletakkan jari-jari di mesin pemindai sidik jari. selama proses ini petugas yang mengurusiku lumayan tanggap dan gesit. namun tidak judes hehe. jadi aku juga nyaman banget duduk di situ. terakhir sebuah kartu akan dicetak yang berisi identitas kita dan foto yang barusan diambil. kita dipersilahkan mengecek untuk konfirmasi sekali lagi. Dan selesai deh ! Kita diberi kertas pengambilan paspor dan kata petugasnya bisa diambil setelah tiga hari. 

Salah satu kelebihan di kantor imigrasi Denpasar ini adalah kita bisa langsung bayar di tempat karena ada mobil POS terparkir di bagian depan kantor. Di mobil POS ini sudah ada petugas yang akan mengurusi pembayaran kita, tinggal kita berikan kartu pengambilan dan uang sejumlah Rp 355.000. Rinciannya sebesar tiga ratus ribu adalah ongkos pembuatan paspor dan tambahan lima puluh lima ribu untuk TI Biometrik. Pemikiranku sih ini maksudnya untuk ongkos sidik jari di dalam ruang foto tadi yah. 

Saat sedang menunggu pembayaranku diproses, ada salah satu petugas POS yang menawarkan untuk mengirimkan pasporku dengan paket POS kalau sudah jadi nanti. Wah, kebetulan banget kan. Jadi aku ndak perlu cuti lagi hanya untuk sekedar ambil paspor. Mantap bener deh ini ! Langsung saja ku setujui. Kita akan kena biaya pengiriman lagi sebesar tiga puluh enam ribu. Lumayan mahal sih tapi mengingat ini akan menggunakan POS ekspress dan juga berisi paket dokumen berharga maka ku anggap masih wajar. Nanti petugas akan menyuruh kita mengisi surat kuasa, dimana itu artinya kita memberikan kuasa kepada petugas POS tersebut untuk mengambil paspor kita nanti. Kita juga mencantumkan alamat tujuan pengiriman kita. Menurut petugasnya sih akan sampai satu hari setelah paspornya jadi. Nah nanti akan aku update deh di sini lagi. 

Yah total semua pengeluaranku kurang lebih Rp 400.000. 



Okay then, sepertinya aku baru bisa update sampai sini aja. Overall pelayanan petugasnya oke banget dan cukup informatif. Buat kamu yang mau buat paspor, ku sarankan pakai antrian online deh ;) 

Aku mau update nih kaalau pasporku sudah jadi dan diantarkan tepat waktu. Tapi aku ndak sempat fotoin pas dateng karena terlalu kesenangan ( :p ). Paspornya dibungkusi plastik bening kok, lalu dimasukkan dalam amplop. Jadi aman kok, guys. 

Silahkan share pengalaman kalian di komen yaah. Sharing is caring.